• Berpikir Tanda Hidup

    Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak. Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada obyek tertentu, menyadari secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai wawasan tentang obyek tersebut. [...]

  • menggambarkan sesuatu lewat kata dan kata

    Gambar juga akan coba diluapkan disini, karena memang bahasa gambar sering kali lebih sederhana untuk mengungkapkan semua keinginan yang dimaksud [...]

  • sang waktu yang selalu bergerak maju, kenapa kau tidak menungguku

    Waktu seperti burung tanpa hinggapan, melewati hari-hari rubuh, tanpa ratapan, sayap-sayap mu'jizat terkebar dengan cekatan. Waktu seperti butir-butir air, dengan nyanyi dan tangis angin silir, berpejam mata dan pelesir tanpa akhir. Dan waktu juga seperti pawang tua, menunjuk arah cinta dan arah keranda. (WS. Rendra)[...]

  • hidup dalam "tanpa" belenggu keterikatan

    Kebebasan yang dimiliki ternyata keterikatan yang sangat mengikat erat. Begitu banyak keterikatan yang kita buat sehingga makin memudarkan arti kebebasan. Mulailah melepaskan semua keterikatan itu dan hanya meninggalkan satu-satunya yang pantas untuk mengikatkan diri [...]

Monday, July 27, 2015

Kau Mengubah Duniaku (Part2)

"Hi......, Apa kabar jelek? "
what's???????????????????
ga salah ini??,
ga rusak kan mata gue??
ga mimpi kan gue???
Pertanyaan-pertnayaan refleks itu terlontar begitu saja, saat kotak ajaibku menampilkan barisan huruf-huruf yang setengah mati sudah kucoba lupakan, dan sialnya saat semua mulai memudar, kenapa?? kenapa?? kenapa harus muncul lagi, dasar makhluk gaib.
Ah.., tak terasa ku hela nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, mencoba menetralisir aliran darah yang tiba-tiba berlari seolah-olah mendapatkan alat kejut jantung ribuan volt. lebay dot kom , hahahaha... entahlah, apakah itu perasaan senang, bahagia, atau malah galau.

Setelah sekian lama menghilang, lalu datang lagi... tanpa ba bi bu, tanpa basa basi seolah yakin, tempatmu tak pernah terganti. Yah.. tempat untuk seseorang yang hingga saat ini tak mampu ku namai. lalu,
"eh Jelek, bagi pin nya donk.."
again.. duh, nih dukun pake tau segala lagi. padahal gue berdumairia juga belom dalam itungan minggu. Akhirnya sepersekian detik kesadaran ku pun mulai pulih.. dan seperti biasa, :
"hmmm...."
Hanya itu, kata ajaib yang terlontar,kata yang mampu mewakili ribuan maksud yang tersembunyi. Kebiasaan lama yang selalu kambuh, saat tak menemukan jawaban lain yang lebih baik, dan percakapan itu pun mengalir begitu saja, puluhan bahkan ratusan abjad silih berganti terkirim, selalu begitu, percakapan arab tanpa makna ngalor ngidul buang-buang pulsa, bikin, nyengir, bikin bernostalgila, bikin emosi, dan ternyata gue merindukan semua ini, tau kan lu...tauuuuuuu kannnnnn??? ternyata gue kangen sama lu, lu yang cuek, lu kurang ajar, lu yang seenaknya, lu yang ga jelas, dan lu ..lu.. lu.. lu yang lainnya, tapi yang pasti elu yang selalu ada buat gue, cieeeeeee... tapi setelah gue pikir-pikir, emang cuma elu yang betah nemenin gue yang absurd hahaha... btw lu kangen ga ya sama gue, pastinya lah ya..gitu pake ditanya, kalo ga kangen ngapain di cari, ya kan, ya kan.. #narsis.mode.on

Selanjutnya, ya.. hari-hari kembali ke rutinitas semula, tiada hari walaupun hanya satu kata terlewati tanpamu, Oh, God.. ya.. tiada hari, tanpa mu, rasa nya dengan mu semua berlalu dengan cepat, tanpa beban, gitu juga ga sih yang lu rasain, Aneh memang, gue ga ngerasa harus jaim, ah elu ini, ga juga terbebani dengan harus menjawab setiap saat, rule tak tertulis yang terjadi antara kita, ya, walaupun kadang-kadang gue langgar sih, bodo amat, yang penting lu ga ikutan, cuma gue yang boleh, catat cuma gue. intinya lu harus ada setiap saat dan ga boleh protes kalo gue ga ada, hahhaha.. ini satu lagi, yang cuma elu, elu dan elu...baru nyadar gue, ternyata gue nyusahin.. mangapkan daku ya mbah dukun, abis...siapa lagi coba kalo bukan elu, jadi lu terima aja, telen aja, ga pake muntah. Kadang kepikiran sih, suatu saat yah, suatu saat lu pasti jenuh, trus kalo lu jenuh siapa lagi tong sampah gue, kemana lagi gue harus buang nih beban.

Sedikit berbeda dari yang sebelumnya, sekarang gue lebih santai karena dayang-dayang, fans-fans, dan deretan makhluk bernama perempuan yang biasa nya selalu lekat dengan mu, tak lagi membuatku gerah, bikin bad temper, karena gue berasa jadi asisten pribadi yang harus tau kemana  si artis, ngapain si artis, bla bla bla.. dan ujung-ujung nya bikin eneg, dikira gue baby sitter apah, tapi hebat juga ternyata lu. pesona mbah dukun nya mayan lah.

Kembali, pada keberadaan mu, yang tak nyata, ku coba menamai apa yang terjadi saat ini, namun tak kutemui kata yang pas, lalu ku coba membiarkan nya saja, hingga sampai pada titik aku merasa harus berhenti,
 "Gue pamit deh,"
Ku ucapkan kata-kata itu setelah memikirkannya berulangkali, ya..kata yang bahkan aku sendiri tak yakin, apakah memang itu yang kuinginkan, hanya karena sepercik kesadaran, perasaan yang mengesampingkan ego ku, perasaan tak ingin membebanimu dengan hadir ku. ah..beribu alasan pun tak mampu membenarkan apa yang ku lakukan, tapi setidaknya aku mencoba, apa salahnya, dan
''Hmmm..."
hanya itu, reaksi yang muncul dari mu,
"Gue lagi ga pengen mikir"
itu lanjutan kata-kata, yang sesungguhnya tak kuharapkan. seenggaknya bikin gue marah kek, bikin gue sebel kek, bikin gue emosi kek, jadi semua lebih mudah, semakin tak yakin, gue mampu kalo gini. dan dengan mencoba seolah-olah tegar dan kuat, say good bye deh ..

Dan, benar saja, jangan kan sebulan hanya hitungan hari ku mampu bertahan, kau benar-benar mengubah duniaku, apa yang salah?? aku gemetar membayangkan semua ini, lalu terlintas,
"Jangan-jangan Aku Jatuh Cinta?" aku bergeming, lalu ku coba berpikir kembali, mengapa, kenapa kok bisa sampai begini, gemetar, lalu " ah, dasar bodoh." ternyata aku laparrrrrrrrrrrrrrr... mari makan ;-)

Friday, June 12, 2015

CINTA YANG SEDERHANA

Seperti biasa duduk di sudut memperhatikan celoteh ramai kumpulan para teman, suasana hangat membaur membuat semua sejenak terlupa akan beban yang ada. Diantara ramai nya suasana hari itu terselip cerita yang kadang terlintas kembali saat sendiri menghampiri. Kejadian yang biasa saja sebenarnya namun memberikan efek luarrrr biasa dalam memaknai sesuatu. Saat itu mendekati jam makan siang, lalu semua bergegas memberikan kesempatan pada cacing-cacing di perut yang telah membuat paduan suara bukan lagi keroncong tapi seriosa, pertemuan hari itu memang tak hanya sekedar pertemuan biasa, sang penentu acara alias si Obos ternyata sedang bersemangat empat lima dalam menyampaikan uneg-uneg nya, hingga melampaui batas toleransi ternak yang ada di perut, sehingga saat si Obos menyelesaikan curcolnya semua menghela nafas lega dan langsung sumringah, hehee.. maaf Bos, bukan bosan, tapi lapar..

Tersebutlah satu nama "Zaenal M", M nya ternyata Muhidin, bikin nyengir karena mengingatkan pada salah satu Tokoh di sebuah Sinetron yang gak kelar-kelar. sedikit lebih baik si empunya nama di kenal dengan nama alias yaitu "Dadew" entah di ambil dari mana atau apa hubungan nya nama Dadew itu dengan nama aslinya si Zaenal Muhidin, (belum nyambung hingga membuat tulisan ini). Singkat cerita si Dadew ini berprofesi sebagai orang dibelakang kemudi disaat si Obos mau kemana-mana, nahhhh... tokoh utama kita adalah beliau, sehari-hari si Dadew yang usianya ternyata lebih banyak dari penampakan nya ini adalah figur yang ceria, stereo kalo ngomong (kadang mikir, budeg ga sih???) dan kadang ga nyambung juga xixixi... namun dibalik semua kelebihannya itu ada yang lebih dahsyat dan bikin gue salut banget, di saat semua lupa diri karena lapar, beliau ga ikutan heboh, stay calm dan mulai memisahkan bagian nya sendiri. Saat semua selesai dengan perutnya, dan suasana mulai sepi, kuhampiri si beliau ini, dengan penasaran mulai ku interogasi dia "Ga makan Kang? (Kang= panggilan khas untuk pria sunda), lalu dia menjawab;"Enggak bu, mau di bawa pulang aja, istri lagi hamil dan mau makan bareng istri" jawabnya datar. "Ohhhhh... "hanya itu yang mampu keluar dari tenggorokan ku, (dalam hati kagum... dibalik sikapnya yang masih keliatan ndeso rasa cinta pada istrinya sungguh membuatku takjub). Sesederhana itu, tapi membuatku merefleksi diri. . . tak perlu berlebihan, dari hal-hal sederhana cinta dapat tersampaikan, tergantung bagaimana memaknainya. 

Bergegas pulang ke rumah, saat waktu menunjukkan sudah saat nya meninggalkan rutinitas yang kadang membuatku lupa waktu. Kadang merasa sudah mencurahkan seluruh jiwa raga untuk yang tersayang, mengejar dan di kejar oleh dunia, bahkan rumah sudah seperti penginapan, pergi pagi pulang petang, sepanjang perjalanan ku tanya pada diri, untuk siapa? untuk apa? jika bahagia sesederhana itu!!!! Waktu beranjak gelap, ku hampiri buah hati ku, "Sayang, kalo boleh milih, pengen mama yang gimana?" entah mengapa pertanyaan itu tiba-tiba meluncur begitu saja, dengan tatapan heran ia menghentikan aktifitas menulisnya. "Kenapa emang?" Ku coba memilih kata-kata yang pas untuk mengetahui isi hati nya."ya... lebih suka mama di rumah atau kerja?" tanyaku lagi dengan nada dibuat sesantai mungkin. Dia terdiam, ku lihat keningnya berkerut, mungkin heran, atau jangan-jangan dalam hati dia malah bilang, emak gue kesurupan apa ya?? he... dan...ajaib. "suka gimanapun mama, aku tau kok mama ga bisa tiap hari nemenin aku, walaupun aku suka ditemenin sama mama." tak terasa air mata ku bergulir, ku peluk buah hati ku, dengan perasaan campur aduk; "maafin mama ya nak" ujarku. diusianya yang belia 12 tahun, sungguh ia dewasa dan mencoba mengerti aku. lalu sepasang tangan kokoh merengkuh kami, ternyata ada yang memperhatikan pembicaraan intim ibu dan anak itu. Lalu "lakukan apa yang menjadi pilihan mu dengan baik, karena semua pilihan itu membawa konsekwensi nya masing-masing." kata-kata yang selanjutnya mengurangi rasa bersalah ku "lakukan semua nya dengan cinta, demi cinta dan untuk cinta" ah... hangat nya, maafkan aku .. mungkin aku tak sempurna tapi ku coba untuk menghangatkan hati kita selalu."   


Monday, September 2, 2013

JINGGA itu MERAH & KUNING

"Twilight is Orange and Its Me"

"Jingga" wanita muda itu bergumam. ya... dan Jingga ia biasa disapa.  Penggambaran yang sempurna untuk sebuah siluet suasana senja yang sendu, sepasang mata beningnya tertuju pada semburat merah - kuning  yang menghiasi ufuk barat langit kota di kaki gunung ini, terasa semakin lengkap dengan semilir angin dingin yang menusuk tulang dan gemercik suara air yang mengalir bak lantunan suara alam yang menghanyutkan dan membawanya untuk sejenak terpejam dibuat nya.


Perlahan Jingga membuka mata dan menatap jauh ke pemandangan kota yang mulai nampak temaram, dari ketinggian dimana ia berada. dari sini Jingga dapat menyaksikan keindahan yang mulai sulit ditemui di hiruk pikuk nya kota besar, entah apa yang ia fikirkan saat itu, wajah teduhnya tampak berkerut-kerut tanda memikirkan seusatu. lalu tanpa disadari terdengar suaranya lebih menyerupai pertanyaan yang ditujuan pada dirinya sendiri: " Dibelahan bumi mana, sesungguhnya kau bersembunyi?" gumamnya. Lalu matanya mulai menerawang, mencoba melukis seraut wajah yang sering menemaninya dikala ia terlelap dalam mimpi terus mencoba dan akhirnya Ia mengerjapkan mata nya seraya mendengus kesal karena tak menemukan yang apa yang ia cari. Hmmm... benar saja, ternyata sosok misterius itu yang mengganggu fikirannya.

Langit kota mulai berganti dengan layar gelap berhias kerlip bintang dan cahaya bulan di penghujung Agustus yang dingin dan beku. Namun ia masih belum beranjak dari jendela kamarnya, terpaku kaku bagai patung hanya pikirannya yang melayang-layang bercengkrama dengan suara hatinya, sebelum ahirnya suara ibunya  yang memintanya untuk keluar memecah keheningan senja itu.

Diatas tempat tidur yang telah menemaninya bertahun-tahun ini, kembali seulas senyum samar terbentuk kala Jingga menarik sudut bibirnya, ahh...ia seolah kembali ke masa lalu "De Javu" bayangan tokoh "Topeng Tuxedo" di cerita komik "Topeng Kaca" yang tampan, dan baik hati namun misterius adalah tokoh yang menjadi pujaan nya dalam komik favorit nya itu. dulu saat kecil ia sering berimajinasi, membayangan dirinya adalah tokoh utama di komik itu dan ia bertemu dengan pujaannya Topeng Tuxedo, lucu... namun cerita itu begitu membekas hingga sekarang. Lalu perlahan ia beranjak dan meraih komik terakhir dari serial itu yang tersusun rapi disudut kamarnya, membolak-balik halaman nya membacanya dengan seksama, ah.. kertasnya pun mulai berubah warna kekuningan dimakan usia, dulu ia selalu menghabiskan waktunya dengan membaca komik ini, sayangnya ia tak pernah mendapatkan edisi-edisi terakhirnya.Semakin ia tenggelam dalam bacaan nya semakin kuat dorongan untuk meraih kotak ajaibnya, ya.. kotak ajaib tempat ia biasa mencurahkan perasaan nya pada Topeng Tuxedo khayalannya, atau sekedar melihat prilaku unik dari berbagai belahan dunia yang terkadang melibatkan emosi mendalam dari pelakunya, ya.. ia merindukan laki-laki itu, laki-laki yang mengisi hari-hari nya belakangan ini, yang membuat nya menjadi musafir sejati, padahal logikanya berkata bagaimana mungkin mempertahankan hal yang semu??

Bukan rasa sayang yang membuat ia merasa nyaman, tapi rasa nyaman lah yang membuatnya menyayanginya tak hanya menyayangi akan tetapi terlalu menyayanginya. Kedewasaan nya, keteguhan hatinya pada satu titik, dan ambigunya yang kadang membuat Jingga tak berkeinginan untuk membahas perasaannya secara lugas pada laki-laki itu, cukup ia yang tau atau mungkin cukup hati mereka yang tau, bagaimana persisnya kedekatan emosional yang terjalin tanpa disadari itu. Lelaki bertopeng itu mengajarinya banyak hal, dan ia menemukan pelabuhan keluh kesah nya pada Sosok dingin yang selalu mampu membuatnya berbicara di luar kebiasaannya, sosok kharismatik yang membuatnya merasakan kehadiran seorang teman, kakak bahkan merasakan sayang yang mendalam yang tercipta dalam diamnya.

Tidak.... Jingga tak pernah sampai pada titik ingin memiliki lelaki itu dan merebutnya dari dunianya yang sekarang, atau membiarkan dirinya sendiri terlena, mabuk dalam fatamorgana, seberapapun besar rasa sayangnya pada sosok itu, baginya cukup dengan melihatnya dan tetap berada disisinya dengan caranya adalah pilihan terbaik. terkadang ia pun ingin bertanya langsung tentang perasaan lelaki itu padanya, tapi lidah nya selalu keluh saat mereka mulai membicarakan hal yang mengarahkan mereka pada titik itu, ya... Jingga tak ingin pertanyaan nya merubah apa yang terjadi saat ini, ia terlalu menyayanginya, ia takut begitu takut kehilangannya, hanya dengan membiarkannya maka ia masih dapat berada disisi waktunya yang kosongnya, dan ia pun tak pernah berani membiarkan dirinya tenggelam lebih dalam, pun ia dapat merasakan hal yang sama, saat ia membaca keengganan lelaki itu untuk mengungkapkan apa yang ada difikirannya tentang Jingga.

Saat ia merasakan dirinya mulai tak mampu bersembunyi, maka menjauhkan diri adalah siksaan yang dipilihnya, ya... Jingga merasa hari-hari tanpa canda tawanya yang terkadang basi itu sungguh berat dijalani, godaan untuk kembali selalu datang, dan ia ta pernah benar-benar mampu menghilang, selalu kembali... Saat ia bersikukuh ingin menghapus bayangannya, yang terjadi adalah bayangan itu mencarinya... pun saat bayangan itu mulai memudar, Jingga kembali melukisnya... saat pertama menyadarinya ia tertegun, hatinya berkata:"akhirnya perselingkuhan emosional itu terjadi" Walaupun mungkin hanya Jingga yang merasakannya karena Jingga selalu meyakini Sosok itu adalah malaikat tak bersayap yang tak lagi memiliki keinginan melebihi batas senja, dimana ia berdiri sekarang atau sebaliknya ia adalah Iblis penggoda yang bertopengkan Malaikat, hmmm... entahlah Jingga tak pernah tau pasti, sosok mengerikan itupun terkadang muncul di kepalanya saat Jingga mencoba meruntut dan merangkai semua hal tentang lelaki itu, ya...Lelaki itu terlalu penuh teka-teki yang membuat Jingga terkadang enggan membuka sisi emosional dirinya, toh, lelaki itu pun melakukan hal yang sama, tak pernah berusaha jujur padanya, dengan begitu banyak wanita disekelilingnya, dengan kepiawaiannya bermanis kata yang selalu berhasil memabukkan lawan jenisnya, dengan seringnya ia menemukan lelaki itu bermetamorfosa untuk menghindari/mencari korban-korbannya, pantas rasanya jika semua hal itu mengarahkannya pada satu kesimpulan, lelaki itu tak semata-mata bersembunyi tetapi ia menikmati permainannya, dan celakanya Jingga pun membiarkannya larut.

Senja yang temaram itu telah berlalu, butuh waktu untuk kembali ke Fajar yang dingin, Fajar yang selalu ada di tempatnya dan untuknya,  Fajar yang selalu merentangan kedua tangannya, selalu menyambutnya tanpa pernah bertanya alasan mengapa Senja berlalu dalam diam.... karena Senja pasti kembali.{last diary on August}







   

Thursday, August 22, 2013

Twilight (orange Story)


"Terkadang berdiam diri untuk mempertahankan sesuatu yang kita anggap berharga adalah lebih baik, dari pada mengungkapkannya untuk kemudian kehilangan... "

Kalimat itu terlintas di kepalaku begitu saja di tengah perbincangan yang terjadi menjelang senja antara kau dan aku. Sesungguhnya jauh di lubuk hatiku aku dapat merasakan hal yang berbeda padamu saat kita banyak menghabiskan waktu bersama, namun memilih untuk membiarkan nya begitu saja adalah pilihan ku.

Berpura-pura tak mengerti dan seakan tak pernah terjadi sesuatu diluar yang semestinya, tetap berada di tempatku dalam diam walaupun mungkin  tak sesempurna dirimu yang mampu bersembunyi dibalik ambigu mu dan kepandaian mu bermain kata yang terkadang membuatku ingin tertawa, menertawai diriku dan dirimu yang terjebak dalam ruang hampa udara dan situasi semu, hanya kedewasaan dan kemampuan memproduksi oksigen sendiri seperti pepohonan yang ever green lah yang membuat kita bertahan.    

"Cinta itu masalah hati dan rasa nyaman,"  Ujarku. "Kita tak pernah tahu kapan, dimana, dan pada siapa kita jatuh cinta." Kulanjutkan kata-kata ku, walaupun seperti biasa jawab mu hanya "He'em..." 

Kata-kata itu terdengar klasik dan lebih penuh pembenaran diri, hehe.. pahit dan tak mudah saat (ia) datang di tempat, waktu dan orang yang salah, namun apa daya karena kita tak bisa memilih cinta, tapi cinta yg memilih "Musafirnya". Hmmm musafir cinta... tanpa disadari menjadi Pujangga Picisan adalah profesi berikutnya. Kata-kata yang biasa ditemukan di puisi-puisi dan roman-roman kaki lima terangkai dengan cepat, menggambarkan hati yang penuh gejolak rasa yang tertunda, meskipun hanya berputar-putar dikepala tanpa keinginan untuk mengungkapkannya. Aneh dan ajaib.. karena (ia) mampu membalikkan logika yang selama ini diagung-agungkan dengan jumawa.

Akhirnya dibutuhkan pengalih perhatian, itupun bersifat sementara hanya disaat aku benar-benar disibukkan oleh hal lain dan selanjutnya saat hening menyapa, faktanya aku tak pernah mampu melupakan (nya), tetap saja (ia) bermain dan menggoda anganku untuk segera kembali mendengarkan (ia) berceloteh kosong, yang hampir keseluruhan tanpa makna atau sekedar menyapanya dan mengetahui suasana hatinya, sungguh satu kata yang dapat menggambarkan rasa itu adalah "Addicted"

 Aku mencoba mengingat dan merangkai perjalanan rasa itu padamu, mencari tahu dari mana (ia) datang, tak terasa kebersamaan itu seperti timeline nya jejaring sosial, tak hanya antara kita tapi juga mereka dan dia, dia, dia dan juga dia.. Saat aku berada diantara mereka dan dia-dia yang lain, diam mendengarkan keluh kesahnya tentang penantian rasa dan harapan akan cintanya berbalas atau hanya cerita kehidupan yang berwarna-warni. Aku mencoba mencerna semua yang terjadi dengan seksama, "apa yang seharusnya aku lakukan?". kalimat itu meluncur begitu saja, dan membuatku berfikir aku atau mereka yang beruntung????  Satu sisi hatiku berkata:" Kau lebih beruntung, setidaknya Rasa mu itu tak membuat mu berderai air mata seperti penyanyi dangdut yang menyanyikan lagu "lebih baik sakit gigi versi Gotik" (bayanginnn sejenak...hehe, parah) lalu sisi lain berteriak: " Dasar bodoh, tentu saja mereka lebih beruntung, karena setidak nya mereka tahu jawabannya, tak seperti Dirimu yang berada diantara dua dunia". Hmm...Lalu tanpa kusadari bayanganmu yang tak jelas, kembali melintas dan seperti biasa menertawaiku, tetap menyebalkannnnnnn dan bikin geregetan."Apa benar kau mati rasa dan sungguh-sungguh beku???" "Apa benar di dunia ini kau hanyalah jiwa tak beraga???" Jiwa juga punya rasa kan???"

Pelajaran berharga tentang memaknai "CINTA" Sesekali terbersit tanya "ini kah sejatinya cinta?" Merasakan kebahagiaan yang sama saat melihat mu tersenyum, merasakan perih yang sama saat kau terluka, dan yang ada hanya keinginan untuk selalu ada saat kau rapuh dan butuh sandaran, lalu apa mungkin akan terus mengalir tak berbatas hingga ada saat jenuh menghampirimu, dan kau pun berlalu... Entahlah.. {my diary}





Tuesday, May 28, 2013

SEEK


termangu di hening fajar yang beku....
menatap berkas memerah yang perlahan naik,
menghangatkan jiwa-jiwa yg terlelap dalam mimpi...

kurasakan dingin yang sama saat letih mendera ku,
letih bersembunyi di pelarian hati....
bersembunyi dari kejaran sang penakluk angan.

Aku tau kau mengerti...
aku tau kau memahami,
yang tak ku tau hanya kedalaman rasa mu, untuk tetap diam...

dan aku selama nya pun begitu...
hanya mengikuti lingkaran waktu yang bergulir.
dalam diam, dalam hening, di dalam kepekatan kelam yg sunyi.

lalu...
hingga saat itu tiba, saat semua berlalu..
berlalulah dalam diam, berlalu lah dengan tenang...

i will not seek you, and i know you will do a same ...
just keep it as story life, a story that teach me and you a meaning of life...

Thursday, May 2, 2013

SEPENGGAL CERITA LALU

“TEST”. Itu kata pertama yang terbaca saat Rara membuka pesan pendek yang diterima nya, mata bulat nya langsung berputar mencari sumber pesan pendek itu, hati nya bertanya : “siapa sih?” akhirnya karena tak mendapatkan tanda-tanda siapa yang iseng padanya dengan cepat Rara membalas pesan itu dengan singkat dan sangat padat: “?” ya..hanya dengan satu tanda baca, rasanya cukup mewakili rasa ingin tahu, kesal dan sebal di hati nya. Pesan itu berlanjut dengan jawaban yang semakin membuatnya gondok :” Kok cuma tanda tanya?” Rara kembali mencoba memastikan siapa kira-kira yang telah berhasil menggoda nya, lalu dilihat nya ke sudut ruangan dengan cepat ketika ia merasa ada sepasang mata yang memandangi dan memperhatikannya, tatapan nya menemukan sepasang mata tajam yang dengan berani menentang tatapannya yang terkenal jutek. Rara mendelik dengan mata bulatnya, akan tetapi dia semakin sebal ketika lelaki itu cuma tersenyum kecil menggodanya dan ikut-ikutan mendelikkan mata nya.”Huuuffth….” dengus nya kesal dan membuang pandangan nya ke depan kelas.

Rara melirik pergelangan tangan nya, “akhirnya, selesai juga” gumam nya. Tanpa memperdulikan yang lain, Rara bergegas merapikan buku-buku dan langsung keluar kelas dengan terburu-buru, tanpa menyadari sepasang mata itu terus memperhatikannya. bergegas Rara kembali ke asrama yang disediakan oleh Panitia Pelaksana Kegiatan, lalu ia merebahkan tubuh nya perlahan sambil terdiam mengingat-ingat kembali apa saja yang sudah terjadi selama dua hari ini, “hmmm, baru hari kedua” desis nya perlahan. Saat pertama dirinya diminta mewakili kampusnya mengikuti seminar ini, Ia merasa senang karena berharap dapat lepas sejenak dari rutinitas kampus yang nyaris membuatnya seperti mesin, ia membayangkan akan bertemu teman-teman baru, suasana baru yang akan membuatnya segar kembali, hari pertama sukses dilalui nya, apalagi Rara ditempatkan sekamar dengan teman-teman baru yang dirasanya cukup membuatnya nyaman, walaupun mereka berasal dari kultur yang berbeda. Ya, karena kegiatan ini merupakan kegiatan yang diikuti oleh orang-orang dengan latar belakang budaya yg berbeda. Tapi dengan kejadian hari ini, entahlah..Rara mulai tak yakin apakah hari-hari berikutnya akan berlalu seperti yang ia harapkan.

“Ra, bangun… kita masuk lagi” sentuhan lembut dibahu nya membuat ia membuka mata nya perlahan, “ternyata aku ketiduran, terimakasih mbak” Ucapnya kepada Rahma teman sekamarnya yang telah membangunkannya tadi, bergegas ia melompat dari tempat tidur nya, berjalan ke kamar mandi sambil mengucek-ngucek matanya, teman-teman nya tersenyum melihat tingkahnya, Rara tersipu malu ketika menyadari ada yang memperhatikannya. Sepuluh menit, Rara tampak sudah siap dan ia menyambar tas dan mengenakan sepatunya, lalu menutup pintu dan menguncinya,  sambil berlari kecil ia mengejar teman-teman nya yang lebih dahulu ke kelas, dan dipojok kelas sepasang mata yang sama kembali memperhatikannya sambil tersenyum.

Tangan Rara meraba saku bajunya ketika dirasakannya getaran halus tanpa suara dari handphone nya mengisyaratkan ada pesan untuknya, perlahan-lahan dibukanya sambil melirik pengajar di depan kelas, ia tak ingin ketahuan bermain-main dan tak memperhatikan pelajaran. Ternyata pesan misterius lagi, “kok gak balas?” pertanyaan aneh. Lalu jutek nya kambuh jarinya menekan keypad dengan cepat” emang siapa loe?, gw gak punya waktu buat iseng!!!” jawabnya dengan ketus, sambil berharap yang menerima mau mengaku. “siapa ya………..” Rara komat-kamit menggerutu kesal sambil melirik siapa yang sedang memainkan handphone diruangan itu selain dia. Lalu tatapan nya tertuju pada tangan yang asyik mengetik “hah..dapat kau!!!” serunya dalam hati, perlahan kepalanya terangkat menyusuri si empunya tangan dan terhenti ketika matanya bertatapan dengan sepasang mata yang juga menatapnya tanpa kedip. “Huuuffth … dia lagi ternyata” “Apa mungkin dia ya pelakunya?” Rara menggumam, akhirnya dia kembali menekan keypad dan mulai mengetik” kalau gak mau ngaku ya sudah” tulisnya singkat, satu menit dua puluh detik Rara membuka pesan di Handphone nya“ini aku” jawaban yang sangat tak diharapkan oleh Rara, “Ah, sudahlah… lupakan saja dan jangan dihiraukan” isi kepalanya mengingatkan.Lalu suara dari depan membuyarkan lamunannya.

“Baiklah, hari ini cukup sampai disini, besok pagi kita mulai dengan pelajaran baru!” Kata-kata itu membuat Rara sedikit lega, “akhirnya kelas selesai juga” ucapnya.Ia sengaja memperlambat langkahnya, ketika teman-teman nya berebut saling mendahului keluar dari ruang kelas, ia tak ingin berdesak-desakan, tak ada lagi yang harus diburu batinnya. “Hai, cewek jutek …” sapaan pelan itu membuat Rara menoleh mencari sumber suara yang membuatnya terpaksa menghentikan langkahnya. Dia tersentak ketika mengetahui siapa yang menyapanya, lelaki dengan tatapan dingin yang jarang bersuara di kelas itu, Lelaki yang hanya sesekali menyapa temen-teman yang lain dan lebih cocok diibaratkan gunung es, tapi kali ini dengan berani menyapa nya dan langsung memberinya gelar “Miss JUTEK”, Walaupun Rara terbiasa dengan hal itu, Selalu begitu setiap ia bertemu dengan orang baru. Bagi yang belum mengenalnya dengan baik Rara memang jutek, galak dan tak begitu ramah, begitulah kenyataan yang sering terjadi pada temen-teman baru Rara, padahal aslinya dia rame, perhatian dan asyik sebagai teman dan sahabat, sayangnya itu hanya diketahui oleh sahabat-sahabatnya, tapi bukan berarti Rara tak disukai. Justru sikap cueknya terkadang membuat orang-orang di sekelilingnya tertarik ingin mengenalnya, Rara yang periang bisa bergaul dengan siapa saja tanpa memandang asal usul, walaupun semua teman nya tau Rara juga bukan berasal dari keluarga biasa, ya Raden Ayu Rastya Alisya van Bosch, yang akrab disapa Rara itu adalah gadis berdarah biru dan blasteran londo itu lahir di tengah keluarga berkecukupan. Namun itu tak pernah membuatnya tinggi hati, justru kesederhanaan lah yang Nampak dari wajah ayu nya.“hmm…” ujarnya pelan, Rara tak ingin menanggapi pertanyaan yang lebih tepat disebut pernyataan itu. “Aku, Hans.” Ujar cowok dihadapannya sambil mengulurkan tangannya. Akhirnya suara itu memecah keheningan yang terjadi diantara mereka. Dengan enggan Rara menyambut uluran tangan itu: “ Rara” ujarnya. Rara buru-buru menarik tangan nya yang mulai terasa dingin, cowok itu kembali tersenyum kecil, menggoda nya. Rara sebal melihatnya, lalu dia bergegas meninggalkan Hans sendiri di belakangnya tanpa berkeinginan menoleh lagi.

Malam ini Rara kembali asyik memainkan telpon genggam nya, ia mulai dihinggapi rasa kangen dengan sahabat-sahabat nya, dan pertanyaan Furi membuatnya tersenyum sendiri sambil menatap layar telpon, lalu dengan cepat jemarinya mengetikkan sesuatu sebelum menutup telponnya. Rara memejamkan mata nya, sambil menunggu balasan dari Furi, sebelum sayup-sayup terdengar suara alunan gitar dan lantunan merdu seseorang yang sedang bernyanyi di tengah hiruk pikuk candaan temen-teman nya di luar, Rara menajamkan telinganya mencoba fokus pada suara itu, Rara memejamkan mata nya kembali, berusaha menikmati alunan lagu yang disukainya, yups..”Dust in the Wind” setengah berbisik Rara ikut bergumam menyanyikan lagu tersebut dan dia merasakan keinginan yang kuat untuk mengetahui siapa pemilik suara itu, perlahan dia berjingkat membuka pintu kamarnya dan Rara tersentak ketika mata nya beradu pandang dengan pemilik suara itu, ternyata itu adalah Hans. Untuk menutupi wajahnya yang bersemu karena ketahuan mengintip, Rara berpura-pura mengambil baju nya yang masih tergantung di jemuran luar, untung tadi refleks nya bekerja dengan baik, “hampir saja..” gumam nya. Lalu Rara cepat berbalik dan menutup kembali pintu kamar nya.

“ya, mbak pinky…. Apa pendapat mbak?” pertanyaan itu membubarkan lamunan Rara, ia tersentak saat rahma mencubitnya kecil karena mentor menunjuknya untuk memberikan pendapatnya, Rara bingung, tak mengerti karena dari tadi hanya mata nya yang tertuju ke depan tapi pikiran nya tidak memperhatikan sama sekali melayang-layang entah kemana, muka nya yang bersih mulai memanas dan merona merah arena panik, sementara teman-temannya mulai geli melihat tingahnya, lalu tiba-tiba secarik kertas kecil mampir di meja nya, “bla…bla….” Rara berbicara dengan lancar…selancar jalan tol Jakarta di hari Minggu.

Bel istirahat berbunyi, Rara bergegas menghampiri Hans, “trims” ujar nya. Hans hanya tersenyum kecil dan memandangi Rara dengan seksama, dan entah mengapa Rara merasakan debaran-debaran aneh yang perlahan membuat wajahnya bersemu merah. Lalu Hans beranjak tanpa berkata apa-apa, Rara hanya menatapnya hingga punggung nya hilang dari pandangan.
To: Miss.JUTEK

Aku adalah karang…
Yang beku, di tepi birunya lautan…
Dingin dan sepi adalah teman ku,

Hingga semburat pagimu menghampiri ku..
Hangatnya sinarmu, mencairkan kebekuan hati …
Kau terlalu menggoda, untuk ku abaikan..

Kini….
Aku hanya mampu memandang
Tanpa keberanian untuk merengkuh mu

Hanya seuntai kalimat yang ku ingin kau tau
Kalimat yang mungkin sulit ku katakan..
Bersediakah kau menggurat senja bersamaku???

Rara melipat kembali kertas biru muda yang tadi di temukannya terselip di lembaran file miliknya, ia tertegun, mencoba berfikir keras, menerka siapa pemilik kata-kata nan puitis yang ditujukan pada nya itu.
Besok kegiatan akan berakhir, semua peserta sibuk mempersiapkan acara penutupan. Mereka ingin waktu yang singkat ini menjadi berkesan, sehingga semua acara ditata sedemikian rupa, mulai dari pengisi acara dan apa yang akan di tampilkan. Rara ikut berkumpul, berpartisipasi walaupun Cuma ikut duduk dan menggunting-gunting kertas untuk dekorasi besok malam.
“Ra, Hans ngeliatin kamu tuh.” Rahma menyentuhnya sambil memandang ke pojok ruangan.
“Apaan si mbak?” Rara mengikuti pandangan Rahma, dan pandangan nya beradu dengan si mata elang, dengan cepat Rara mengalihkan pandangannya, sementara Rahma tertawa terpingkal-pingkal menggodanya, Rara tersipu-sipu.

Rara beranjak keluar ruangan, duduk di bangku taman yang diterangi lampu temaram, memandangi bunga croissant yang beraneka warna.
“Gak takut masuk angin?” suara berat disampingnya membuyarkan lamunan Rara, ia menoleh dan tersentak ketika menyadari siapa yang duduk disampingnya. Kembali terdengar suara Hans tanpa menunggu Rara menjawab pertanyaan nya, “Setelah ini, kapan lagi ya bisa liat cewek jutek yang biking gue gak enak tidur…” gumam nya pelan..
Rara bersungut-sungut sebal, “Dasar cowok gak sopan…..” gerutunya, Hans hanya tertawa kecil, “Eh, jutek.. mau gak jadi pacar gue?” lanjutnya santai. “What’s????!!!” Rara mendelik, “ Gak usah pake melotot, mata nya udah bulat” Hans tersenyum geli, “Maaf, lagi gak pengen berantem!!!” ketus Rara, “Loh, diajakin pacaran kok, bukan berantem..” Ucap nya datar tanpa beban.
Rara benar-benar sebal dibuatnya, lalu “Ga perlu praktekin bakat playboy nya ke gue, lagi pula gue dah dijodohin” jawabnya dengan pelan tapi pasti, sambil berlalu…Hans hanya tersenyum penuh arti. Lalu dengan cepat menyambar pergelangan tangan Rara sebelum Gadis itu benar-benar berlalu, sesaat mereka beradu tenaga tarik-menarik, dan hasilnya tentu saja Rara tak mampu melepaskan dirinya, masa iya harus teriak sih.. Malu kan??? Hans dengan tenang menariknya untuk duduk kembali di sisinya, akhirnya Rara mengalah, dia terdiam tanpa keinginan untuk memulai, apalagi memandang Hans.

“So??” Hans memulai kalimatnya, “Diam, artinya mau kan?” Rara mengangkat kepalanya menatap tajam mata Hans, tak seperti biasanya kali ini Hans tak menggodanya, tapi ikut-ikutan menatapnya. Tatapan mata kelam yang berbinar di bawah rembulan dan Rara tak kuasa menentangnya. Lalu perlahan dikumpulkannya keberaniannya dan berkata. “Kita berdiri di waktu yang sama, maka biarkan ia berjalan hingga saatnya terhenti dan kita tetap sama” Hans mempererat genggamannya.”Hmmm… Kita akan sampai di waktu yang sama Ra” Ujarnya, sebelum melepaskan genggamannya dan membiarkan Gadis itu berlalu.
Lambaian tangan dan tatapan Hans, mengiringi bayangan Rara yang semakin menjauh, hari ini hari terakhir mereka di sini, dan entah kapan mereka akan bertemu lagi, jarak dan waktu yang terbentang jauh memisahkan mereka membuat Hans kembali menatap jejak Rara. “ Aku melepaskan mu sekarang Ra” Lalu ia tersenyum simpul… {bersambung}

Tuesday, April 30, 2013

Kau Mengubah Duniaku

Sabtu, Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at, kembali lagi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7.
 "Hmmm... tak terasa sepekan lebih" gumamku, lalu kembali aku termenung mencoba mengisi lembaran-lembaran putih  bersih dihadapanku, perlahan-lahan mozaik itu menyatu membentuk siluet seperti rangkaian cerita dan satu persatu mereka mengusik sudut hatiku dengan pertanyaan konyol, teringat percakapan terakhirku dengan nya.

"Apa yang kau pikirkan?" tanyaku dan jarinya mulai menari-nari diatas tuts keyboard yang lusuh karena bertahun-tahun menemaninya.
 "berpikir???" tanyanya, hahahha.. bagaimana mungkin aku berpikir, otak aja kagak punya.
Jawaban itu membuatku mulai menghujaninya dengan pertanyaan lain dari bibirku yang disebutnya lebih tajam dari tajamnya silet, "lalu mengapa?"
Aku hanya menarik sedikit sudut bibirku, ingin aku menggoda nya dengan mengedipkan mataku untuk membuatnya murka, tapikan percuma, karena yang kuhadapi hanyalah barisan abjad yang menjadi hidup saat aku mulai merangkainya.
 "Kenapa Diam?" tanyaku lagi,
lalu dia menjawab "emangnya kalo Gue teriak-teriak, lu bakal denger? emang kalo Gue bilang kenapa lu bakal sependapat ma Gue, kagak kan?"
Hehehhe... lumayan, lumayan pedes jawabannya. Lalu ku katakan
 " teriak aja, lu kan emang ga waras, emang ada yang bakal dengerin lu?"

"Kurang ajarrrr" (selalu begitu). Lalu Aku kembali bertanya, "Apa iya harus begini?" "separah itukah??" (ingat lagunya kotak, separah inikah, kamu dan aku) Hahaha... kok sempat ya?? the last " Kenapa ga mulai mendongeng?" tanyaku, sambil mempersiapkan telinga, "Malas..." jawabnya singkat

Lalu Ia mulai dengan mendeskripsikan suasana saat ini, tapi sejujurnya aku merasa ia menipu diri sendiri," Hmm... " Dia diam dan Aku membaca abjad nya dengan baik (Sepertinya sih). Sementara Dia kelu, diam seribu bahasa dan tak pernah mampu keluar dari dinding yang dibangunnya tinggi-tinggi, untuk menyembunyikan kerapuhan yang berkamuflase dengan topeng-topeng layaknya Didi Nini Towok, yang memerankan bermacam-macam karakter.

"Gue mau ngomong langsung ma lu, sebentar aja" next yang paling bikin horror "open your webcam" kan...kan...kan... , 
Ku coba berkelit, "net nya lagi error, ga berdaya katanya kalo harus open webcam"
" Basi lu!! " ujarnya. Lalu Aku mulai menghitung, satu...dua...ti.. belum sampai hitungan ketiga suaranya mulai menggelitik telingaku, (kebiasaan lama, "KESAL lalu BUANG-BUANG PULSA"). Sejujurnya aku sedikit terpukau dengan suara bariton yang dimilikinya, cukup bikin gadis-gadis bahkan emak-emak jatuh tersungkur di hadapannya (kesandung maksud gue), "Ngangenin" istilah yang sering digunakannya, belum lagi raut wajahnya yang digambarkan bak tokoh utama  novel romance, yang bergaris tegas di hiasi sepasang mata tajam yang menggetarkan kalbu dan bibir yang terkesan angkuh, namun tak mengurangi estetika tampilannya.

Hah!!! apa-apan ini, kenapa pula Aku ikut-ikutan menyetujui dan terlarut dalam fatamorgana. Saat ku tersadar kalimat pertama yang kudengar adalah " Ga usah pake bengong, anggap aja lu Upik abu, yang lagi di telpon sama Pangeran berkuda Putih" Beuhhhh..... Pede Gila, dan seperti biasa percakapan itu dipenuhi gelak tawa hingga titik terakhir, tanpa topik, tanpa makna, mengalir begitu saja.

Lalu kalimat terakhirnya sebelum akhirnya kudengar nada putus adalah :" Aku, kemarin, kini dan nanti akan tetap sama, walaupun mungkin akan sulit bagimu dan juga bagiku untuk seperti ini dan seperti biasanya setelah ini, tapi aku adalah kamu, jadi mulai sekarang harus bisa jaga diri sendiri, harus bisa lebih sabar dan dewasa, janji ya." lalu tuttttttttttttttt............ Aku terdiam, aku tak pernah tau sejak kapan ia bisa menggunakan Bahasa Manusia sedikit lebih baik dan beradab. Tapi itu yang membuatku yakin bahwa duniaku tak akan lagi sama.