Friday, April 26, 2013

Bersembunyi Dalam Gua Selama 5 Tahun


Setelah sekian lama penantian, lamanya kita menjalani masa berpacaran dan akhirnya masa yang diharapkan berada di kaki ku. Terasa sangat membahagaikan, semua orang memenuhi gereja dengan pakaian penuh warna. Dominan putih pasti akan selalu kau lihat, menyaksikan kesucian perjalanan kehidupan. Hmmm... seakan tidak pernah percaya akan datangnya hari ini. Saat dimana semua wanita mendambakannya, begitu pula dengan diriku. Berbalut kain putih dengan jahitan yang paling rapi selama aku hidup, dengan bangga ku mengenakannya. Bukan dari rumah mode yang menawarkan keanggunan, tapi cukup membawa kebahagian. Bila kau melihat riasanku, kau juga akan menemukan betapa bahagianya hari ini. Riasan yang sederhana tapi mencurahkan berbagai perasaan yang beberapa hari di belakang hanyalah berupa angan.

Sesekali aku melihat ke belakang, masih dipenuhi dengan sanak famili dan teman dekat. Tempat duduk tidak semuanya terisi, ini bukanlah pesta besar, tapi ini adalah peristiwa bersejarah di sepanjang hidupku. Senyum ku selalu saja melebar saat aku melihat kedua orang tua menatapku tanpa bosan, seolah mereka tidak pernah memiliki diriku secantik ini.

Hampir lebih dari satu jam orang-orang disini menunggu mempelai pria datang. Aku pun tidak sabar, mataku selalu mencari-cari dimanakah orang yang paling membanggakan itu bersembunyi. Penasaran selalu saja berebut masuk ke dalam pikiran, seperti apa dia sekarang ini? Apa yang akan dia kejutkan untuk ku di hari spesial ini. Kembali lagi aku harus menatap ke depan dan sesekali keluargaku membisikan kepada telingaku tentang kabar mempelai pria, orang nomor satu saat ini. Pesan singkat ku kirimkan kepadanya tapi tanpa jawaban. Aku lupa untuk memberikan makan kepada telepon selular ini, acara ini menguras sekali perhatian ku. Dengan sisa pulsa yang ada ku coba tanya kabar kepadanya, seiring itu datang seorang perempuan menuju ke arahku dari arah belakang dan mencoba menggangguku untuk melakukan panggilan. Tanpa izin yang diberikan dia mengambil bagian tempatku. Dan hanya terdiam sambil menatapku.

Mbak, maaf... sepertinya dia tidak akan mungkin datang.
Dia menundukkan wajahnya saat mengatakan itu. Masih sempat telingaku mendengar lirih suara tangis yang coba dia sembunyikan. Tak berapa lama dia mengambil kertas penampung air matanya.
Kamu ini siapa? Dengan siapa? Semalam berbuat apa?
Beragam tanya muncul terhadap wanita yang tiba-tiba datang.
Saya ini tunangannya Mbak, maaf jika saya harus memberitahu Mbak di saat seperti ini. Mbak, Saya ini sedang mengandung anaknya. Sudah empat bulan dia tinggal di rahimku. Saya memintanya untuk bertanggung jawab Mbak. Saya datang ke sini juga atas permintaannya, dia tidak ingin membuat Mbak tambah kecewa.
Semakin menjadi tangisan wanita itu, dia mengetahui benar sepertinya apa yang aku rasakan saat ini. Saat ini aku bagaikan menelan halilintar dingin*). Aku tak sanggup berkata apapun. Aku juga tidak tahu bagaimana harus memberitahukan hal ini kepada keluargaku.
*) Saking sulitnya untuk digambarkan lewat kata-kata.

Laki-laki? Siapa mereka? Aku kini sudah cukup mengenalnya dan aku pikir aku tidak ingin mengenalnya kembali. Mereka hanya akan menyisakan luka pada hatiku saja.Bagaimana aku bersikap terhadap ayahku? Saudara lelaki aku? Mereka toh juga laki-laki. Aku tidak tahu bagaimana harus mengungkapkannya secara benar. Yang jelas, ini merupakan alasan aku tidak pernah keluar dari gua selama 5 tahun lebih. Waktu yang cukup lama. Tak lama berselang dari peristiwa itu aku memutuskan untuk pergi ke luar negeri. Meninggalkan semua kenangan yang pernah ada dan aku tidak pernah lupa akan hal itu. Manisnya cinta yang menyayat hati. Begitu bodohnya aku terhadap cinta yang terasa manis di lidah. Begitu mudahnya pula aku menyerahkan keperawananku kepadanya. Aku tidak mengerti benar, apakah wanita itu mendapat keberuntungan karena memiliki bayi darinya sehingga lelaki yang menyebalkan itu harus menyerahkan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Atau aku yang lebih beruntung? Yang jelas saat itu aku merasa bodoh. {bersambung}




4 comments:

  1. harus ditelaah lebih dalam cerita ini, apakah ia fiksi, kisah nyata atau curahan hati si penulisnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku nantikan hasil telaah darimu. (jelek lu... eh cantik deng, dan manis sedikit)

      Delete
  2. sepertinya ini kisah nyata dan curahan hati si penulisnya..ihik..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya nih, sepertinya begitu..kihi..

      Delete