Tuesday, April 30, 2013

Kau Mengubah Duniaku

Sabtu, Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at, kembali lagi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7.
 "Hmmm... tak terasa sepekan lebih" gumamku, lalu kembali aku termenung mencoba mengisi lembaran-lembaran putih  bersih dihadapanku, perlahan-lahan mozaik itu menyatu membentuk siluet seperti rangkaian cerita dan satu persatu mereka mengusik sudut hatiku dengan pertanyaan konyol, teringat percakapan terakhirku dengan nya.

"Apa yang kau pikirkan?" tanyaku dan jarinya mulai menari-nari diatas tuts keyboard yang lusuh karena bertahun-tahun menemaninya.
 "berpikir???" tanyanya, hahahha.. bagaimana mungkin aku berpikir, otak aja kagak punya.
Jawaban itu membuatku mulai menghujaninya dengan pertanyaan lain dari bibirku yang disebutnya lebih tajam dari tajamnya silet, "lalu mengapa?"
Aku hanya menarik sedikit sudut bibirku, ingin aku menggoda nya dengan mengedipkan mataku untuk membuatnya murka, tapikan percuma, karena yang kuhadapi hanyalah barisan abjad yang menjadi hidup saat aku mulai merangkainya.
 "Kenapa Diam?" tanyaku lagi,
lalu dia menjawab "emangnya kalo Gue teriak-teriak, lu bakal denger? emang kalo Gue bilang kenapa lu bakal sependapat ma Gue, kagak kan?"
Hehehhe... lumayan, lumayan pedes jawabannya. Lalu ku katakan
 " teriak aja, lu kan emang ga waras, emang ada yang bakal dengerin lu?"

"Kurang ajarrrr" (selalu begitu). Lalu Aku kembali bertanya, "Apa iya harus begini?" "separah itukah??" (ingat lagunya kotak, separah inikah, kamu dan aku) Hahaha... kok sempat ya?? the last " Kenapa ga mulai mendongeng?" tanyaku, sambil mempersiapkan telinga, "Malas..." jawabnya singkat

Lalu Ia mulai dengan mendeskripsikan suasana saat ini, tapi sejujurnya aku merasa ia menipu diri sendiri," Hmm... " Dia diam dan Aku membaca abjad nya dengan baik (Sepertinya sih). Sementara Dia kelu, diam seribu bahasa dan tak pernah mampu keluar dari dinding yang dibangunnya tinggi-tinggi, untuk menyembunyikan kerapuhan yang berkamuflase dengan topeng-topeng layaknya Didi Nini Towok, yang memerankan bermacam-macam karakter.

"Gue mau ngomong langsung ma lu, sebentar aja" next yang paling bikin horror "open your webcam" kan...kan...kan... , 
Ku coba berkelit, "net nya lagi error, ga berdaya katanya kalo harus open webcam"
" Basi lu!! " ujarnya. Lalu Aku mulai menghitung, satu...dua...ti.. belum sampai hitungan ketiga suaranya mulai menggelitik telingaku, (kebiasaan lama, "KESAL lalu BUANG-BUANG PULSA"). Sejujurnya aku sedikit terpukau dengan suara bariton yang dimilikinya, cukup bikin gadis-gadis bahkan emak-emak jatuh tersungkur di hadapannya (kesandung maksud gue), "Ngangenin" istilah yang sering digunakannya, belum lagi raut wajahnya yang digambarkan bak tokoh utama  novel romance, yang bergaris tegas di hiasi sepasang mata tajam yang menggetarkan kalbu dan bibir yang terkesan angkuh, namun tak mengurangi estetika tampilannya.

Hah!!! apa-apan ini, kenapa pula Aku ikut-ikutan menyetujui dan terlarut dalam fatamorgana. Saat ku tersadar kalimat pertama yang kudengar adalah " Ga usah pake bengong, anggap aja lu Upik abu, yang lagi di telpon sama Pangeran berkuda Putih" Beuhhhh..... Pede Gila, dan seperti biasa percakapan itu dipenuhi gelak tawa hingga titik terakhir, tanpa topik, tanpa makna, mengalir begitu saja.

Lalu kalimat terakhirnya sebelum akhirnya kudengar nada putus adalah :" Aku, kemarin, kini dan nanti akan tetap sama, walaupun mungkin akan sulit bagimu dan juga bagiku untuk seperti ini dan seperti biasanya setelah ini, tapi aku adalah kamu, jadi mulai sekarang harus bisa jaga diri sendiri, harus bisa lebih sabar dan dewasa, janji ya." lalu tuttttttttttttttt............ Aku terdiam, aku tak pernah tau sejak kapan ia bisa menggunakan Bahasa Manusia sedikit lebih baik dan beradab. Tapi itu yang membuatku yakin bahwa duniaku tak akan lagi sama.

 



0 comments:

Post a Comment