Thursday, August 22, 2013

Twilight (orange Story)


"Terkadang berdiam diri untuk mempertahankan sesuatu yang kita anggap berharga adalah lebih baik, dari pada mengungkapkannya untuk kemudian kehilangan... "

Kalimat itu terlintas di kepalaku begitu saja di tengah perbincangan yang terjadi menjelang senja antara kau dan aku. Sesungguhnya jauh di lubuk hatiku aku dapat merasakan hal yang berbeda padamu saat kita banyak menghabiskan waktu bersama, namun memilih untuk membiarkan nya begitu saja adalah pilihan ku.

Berpura-pura tak mengerti dan seakan tak pernah terjadi sesuatu diluar yang semestinya, tetap berada di tempatku dalam diam walaupun mungkin  tak sesempurna dirimu yang mampu bersembunyi dibalik ambigu mu dan kepandaian mu bermain kata yang terkadang membuatku ingin tertawa, menertawai diriku dan dirimu yang terjebak dalam ruang hampa udara dan situasi semu, hanya kedewasaan dan kemampuan memproduksi oksigen sendiri seperti pepohonan yang ever green lah yang membuat kita bertahan.    

"Cinta itu masalah hati dan rasa nyaman,"  Ujarku. "Kita tak pernah tahu kapan, dimana, dan pada siapa kita jatuh cinta." Kulanjutkan kata-kata ku, walaupun seperti biasa jawab mu hanya "He'em..." 

Kata-kata itu terdengar klasik dan lebih penuh pembenaran diri, hehe.. pahit dan tak mudah saat (ia) datang di tempat, waktu dan orang yang salah, namun apa daya karena kita tak bisa memilih cinta, tapi cinta yg memilih "Musafirnya". Hmmm musafir cinta... tanpa disadari menjadi Pujangga Picisan adalah profesi berikutnya. Kata-kata yang biasa ditemukan di puisi-puisi dan roman-roman kaki lima terangkai dengan cepat, menggambarkan hati yang penuh gejolak rasa yang tertunda, meskipun hanya berputar-putar dikepala tanpa keinginan untuk mengungkapkannya. Aneh dan ajaib.. karena (ia) mampu membalikkan logika yang selama ini diagung-agungkan dengan jumawa.

Akhirnya dibutuhkan pengalih perhatian, itupun bersifat sementara hanya disaat aku benar-benar disibukkan oleh hal lain dan selanjutnya saat hening menyapa, faktanya aku tak pernah mampu melupakan (nya), tetap saja (ia) bermain dan menggoda anganku untuk segera kembali mendengarkan (ia) berceloteh kosong, yang hampir keseluruhan tanpa makna atau sekedar menyapanya dan mengetahui suasana hatinya, sungguh satu kata yang dapat menggambarkan rasa itu adalah "Addicted"

 Aku mencoba mengingat dan merangkai perjalanan rasa itu padamu, mencari tahu dari mana (ia) datang, tak terasa kebersamaan itu seperti timeline nya jejaring sosial, tak hanya antara kita tapi juga mereka dan dia, dia, dia dan juga dia.. Saat aku berada diantara mereka dan dia-dia yang lain, diam mendengarkan keluh kesahnya tentang penantian rasa dan harapan akan cintanya berbalas atau hanya cerita kehidupan yang berwarna-warni. Aku mencoba mencerna semua yang terjadi dengan seksama, "apa yang seharusnya aku lakukan?". kalimat itu meluncur begitu saja, dan membuatku berfikir aku atau mereka yang beruntung????  Satu sisi hatiku berkata:" Kau lebih beruntung, setidaknya Rasa mu itu tak membuat mu berderai air mata seperti penyanyi dangdut yang menyanyikan lagu "lebih baik sakit gigi versi Gotik" (bayanginnn sejenak...hehe, parah) lalu sisi lain berteriak: " Dasar bodoh, tentu saja mereka lebih beruntung, karena setidak nya mereka tahu jawabannya, tak seperti Dirimu yang berada diantara dua dunia". Hmm...Lalu tanpa kusadari bayanganmu yang tak jelas, kembali melintas dan seperti biasa menertawaiku, tetap menyebalkannnnnnn dan bikin geregetan."Apa benar kau mati rasa dan sungguh-sungguh beku???" "Apa benar di dunia ini kau hanyalah jiwa tak beraga???" Jiwa juga punya rasa kan???"

Pelajaran berharga tentang memaknai "CINTA" Sesekali terbersit tanya "ini kah sejatinya cinta?" Merasakan kebahagiaan yang sama saat melihat mu tersenyum, merasakan perih yang sama saat kau terluka, dan yang ada hanya keinginan untuk selalu ada saat kau rapuh dan butuh sandaran, lalu apa mungkin akan terus mengalir tak berbatas hingga ada saat jenuh menghampirimu, dan kau pun berlalu... Entahlah.. {my diary}





0 comments:

Post a Comment