Tuesday, April 16, 2013

Terlambat Datang adalah Semangkuk Soto Padang


Di hotel, sudah jenuh dengan seisi penghuni hotel dan harus ditambah penantian travel yang akan membawa aku pulang ke Jambi. Aku harus bicara dengan siapa, tukang bukain pintu? Receptionist? Sudah bosan aku melihat tampang mereka. Lagi pula mereka juga sedang bekerja.:) Kembali aku merogoh saku celana, dan melihat barangkali ada penghuni di dalam sana yang dapat menemani aku hingga datang jemputan yang akan membawa pulang. Jenuh sebenarnya, mengapa aku harus terjebak dalam permainan dunia maya.

Aku pasti shalat Dzuhr di sini, semua barang aku terbungkus rapi dan telah diperiksa ulang. Tak ada satupun barang yang tertinggal. Kira-kira jam satu siang nanti aku bisa menempatkan tas ke dalam minibus. Dan terbayang aku akan mati bosan disini hingga hari kebangkitan semangat ku datang. Kulihat kembali untuk kesekian kalinya, barangkali ada di dunia mayapada ada seseorang yang akan menyelamatkan aku dari kebosanan.

Seorang wanita berperawakan tinggi langsung, kawan lama di mayapada akhirnya datang juga. Menyambung cerita lalu di kala dulu, gelak tawa dan canda yang tidak pernah putus. Wajahnya yang bila kita lihat selintas nampak sosok seorang satuan pengamanan masih belum juga hilang. "Jun! Apa kabar? Masih serem aja lu seperti dulu. Ga ada perubahannya sama sekali. :P" selalu saja celaan dan sindiran tak pernah berhenti dari bibir ku ini. Hingga tak terasa perut lapar ku mulai mengungkapkan aspirasinya. "Makan! Makan! Makan!. Begitulah bunyinya, hewan apa namanya"

Di persimpangan dekat pengambilan uang dari mesin otomatis berlogo BCA terdapat kedai kecil. Tampak dari jauh sudah dipenuhi oleh beberapa orang yang aku pikir mereka semua merupakan pelanggan setia. Kedai soto padang ini memang enak atau murah ya? Kok ramai benar untuk ukuran hari libur. Akhirnya kakiku menyetujui pikiran itu, mulailah aku melangkah dan ikut meramaikan antrian yang lumayan. Semerbak wangi tak hanya berkeliling di hidungku, bahkan perutku yang  mungil ini mulai menjamahnya.

Setelah memesannya, aku memilih meja yang kosong. Aku tidak ingin terlibat pada pembicaraan dengan orang lain yang mengharuskan aku mengeluarkan jurus basa-basi. Aku lebih memilih untuk berbicara dengan kotak ajaib mungil ini dan berlaku seperti orang yang kehilangan akal daripada harus melebarkan senyum dengan paksaan.

Ukuran semangkok semacam ini sih bisa aku habiskan dalam waktu kurang dari 60 detik, hehe... kebiasaan lama, mempercepat proses makan dan menggunakan sisa waktu untuk menghisap beberapa batang rokok. Paling nikmat saat selesai makan, hawa kantuk mulai datang aku nikmati dengan hisapan rokok dan secangkir kopi pahit dengan gula sedikit. Maklum aku kan sudah manis dari asalnya. Bergegas, sebelum dilenakan rasa kantuk dan malas yang kian menyerang. Belum salat dzuhur, aku pikir bis travel itu tidak lama lagi akan datang menjemput.

Haaaaaaah (menghembuskan nafas), semua barang sudah masuk. Saatnya memulai perjalanan panjang, Padang - Jambi cukup memakan waktu juga. Kira-kira kurang dari 10 jam aku akan sampai pada kota asalku, kota dimana keluargaku tinggal sekarang. Bukan kota yang membesarkan aku, tapi aku pikir aku suka, kerasan. Tidak seperti di Jakarta yang pengap, berbagai macam polusi terkumpul disana. Beberapa kali aku main ke Jakarta untuk urusan dagang. Perkenalan yang singkat dan tidak meninggalkan kesan yang mendalam.

Pembaringanku! Aku rindu untuk berpelukan lagi kepadamu, apakah bantal guling sudah berjemur diri bersama-sahabatmu? Jikalau pun tidak, aku tetap setia untuk melepaskan lelah bersamamu.

0 comments:

Post a Comment